Minangkabau

INDEPENDENSI PEREMPUAN MINANGKABAU


wanita minang memang punya sisi kemandirian… mereka tampil dengan dunia dan expertnya sendiri… tidak berada di bawah bayang2 suami… ia tampil dengan namanya sendiri tanpa embel2 nama suami di belakangnya… sebagai laki2 minang, jika ingin menikah dengan wanita minang, perlu memberikan ruang2 independen kepada sang istri… karena dengan itulah rumah tangga bisa langgeng dan kedua belah pihak bisa berkarier di ruangnya masing2.

itulah kemudian yang disinggung oleh prof. taufik abdullah untuk buku “suluah bendang dalam nagari” yang sedang saya persiapkan penerbitannya…:) prof. taufik menyitir seperti ini:
Apakah “pemberontakan” atas kecenderungan yang konon modern ini telah terjadi kalau perempuan Minangkabau yang telah mempunyai suami tampil dalam kesendiriannya sebagai penulis karya ilmiah? Ataukah yang terjadi sesungguhnya hanya kembalinya ia ke fitrah ke-Minangkabau-an saja? Pertanyaan ini tertanyakan karena kebetulan saja dua karya ilmiah yang menarik ditulis oleh dua ilmuwan perempuan Minangkabau baru saja terbit. Mereka telah kawin tetapi tampil dalam kesendirian sebagai ilmuwan. Tidak ada embel-embelan nama suami yang tercantum pada nama yang mereka pakai. Keduanya tampil sebagai diri mereka, betapapun dalam “pendahuluan” buku mereka menyatakan juga terima kasih dan rasa cinta kepada sang suami. Meskipun hanya dalam beberapa kata mereka menyelipkan juga pantulan cinta isteri pada sang suami – ia yang dibiarkan berada di belakang layar. Mereka – para rangkayo ini — tampil sebagai ilmuwan yang independen. Dan mereka menulis tentang Minangkabau — sebuah kesatuan etnis yang konon adalah sebuah masyarakat matrilineal yang terbesar di dunia.”
kemampuan untuk memahami sisi kemandirian yang dikuatkan dengan sistem sosial dan budaya matrilineal inilah menjadi tali pengikat kelanggengan rumah tangga suami-istri minangkabau. keabaian tentang hal ini bisa berefek luar biasa dalam rumah tangga.. bisa menuju titik ekstrem tradegi kriminal menyedihkan yang dilakukan oleh dosen fakultas hukum universitas andalas padang beberapa waktu yang lalu… atau menuju titik perceraian… atau bisa juga pergantian peran dimana suami berubah menjadi Suami Rumah Tangga yang saat ini juga mulai kelihatan gejalanya… termasuk juga bisa mengarah ke bandul domestikasi perempuan, sebagaimana yang marak dikampanyekan oleh beberapa gerakan islam akhir2 ini…
menjaga keseimbangan antara dominasi patriarkhi islam dan kekuatan matrilineal minangkabau, menjadi sebuah fenomena sosial menarik dalam ranah keluarga minangkabau…. menjadi kajian yang sama menariknya dengan dialektika dan pergumulan Islam dan Matrilineal di Minangkabau di zaman buya Hamka…:)

Tinggalkan komentar