Diari Hati

Selamat Malam Dunia


Piala Dunia tak lagi mengasyikkan buatku. Di tengah penat menyerang tubuh ini selepas mengikuti kelas Conversation Mr. Ahwy. Pamit sama Mas Aji, Mbak Raras dan Desi, teman satu kelas Advance, duluan pulang untuk mengurus SKCK, hanya berujung dengan kekecewaan, karena Pak Suratin Ketua RT di tempatku sedang ada rapat rutin keluarga.

Kucuba berbaring sembari pejamkan mata. Paling tidak bisa segera tidur dan melupakan semua masalah hidup yang terus menderaku. Hanya beberapa menit terlelap, kemudian aku kembali terbangun di tengah dentuman kembang api dari tetangga sebelah, anak-anak SMAN 4 Yogyakarta yang sedang bergembira ria perpisahan kelulusan. Kembali kucuba pejamkan mata. Tapi tetap saja aku tak bisa…

Hatiku masih saja resah. Galau dengan masa depan, galau dengan berbagai kekacauan yang kualami. Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus, kalau bahasa Inggrisku masih tetap payah seperti ini. Padahal sudah lebih tiga bulan aku kursus. Uang Bapak sudah banyak habis untuk biaya semua ini. Sementara progres yang kudapatkan tak terlalu mengembirakan.  Jangankan mendapatkan toefl 500, skor 400 saja belum terlampaui. Jangankan bisa lancar berbicara dengan Bule, ngomong sama instructur dan teman sendiri saja, aku sering kehilangan akal.

Mas Anam, instructur conversationku di kelas sebelumnya, Intermediate, pernah bilang bahwa belajar bahasa itu butuh proses. Beliau bercerita bagaimana kisahnya dulu sewaktu ikut kursus. Sering minder karena merasa paling bodoh di kelas. Berpindah-pindah tempat kursus dalam jangka waktu bertahun-tahun. Akhirnya, sekarang beliau bisa jadi guru bahasa Inggris, dan punya banyak kenalan orang-orang Bule.

Masuk JED setelah wisuda, dengan bekal bahasa Inggris NOL BESAR, aku menemukan semangat untuk mempelajari bahasa yang telah kuremehkan selama SMA itu. Puncak kesadaranku hadir persis setelah gagal menembus lowongan ODP Bank Mandiri saat sesi test wawancara bahasa Inggris. Setelah itu, kukirimkan message ke Bapak, minta uang 1,5 juta buat kursus. Bapak mengabulkan permintaanku. Tidak saja uang kursus, tapi juga belanja selama kursus, dan penundaan untuk mencari kerja.

Melihat kemajuan seperti ini, membuatku teramat sedih. Aku tak ingin lagi membuat Bapak kecewa setelah kuliahku yang berantakkan hingga baru bisa lulus 7,5 tahun. Tapi apa daya, beginilah yang terjadi. Aku sudah berusaha sekuat dayaku untuk belajar. Tapi tak begitu baik hasil yang kudapatkan.

Ingin aku meminta waktu lebih banyak lagi kepada Bapak untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisku lebih jauh lagi. Terbang ke Pare Kediri selama 1 tahun sampai perolehan toeflku di atas 550. Atau ambil program 2 tahun di Sanata Dharma. Tapi lisanku sudah terlalu berat untuk minta uang lagi sama Bapak. Seharusnya aku sudah bisa mandiri membiayai hidup sendiri.

Waktu buatku mencari kerja tinggal satu bulan. Kalaupun harus melanjutkan kursus, aku mesti bayar sendiri. Sudah saatnya aku berpikir melepaskan beban Bapak. Hanya satu jalan, aku harus dapat pekerjaan. Aku harus nyari modal buat biaya hidup sehari-hari dan biaya kursus.

Harapan pamungkasku berada di Indonesia Mengajar. Besar harapanku bisa diterima sebagai Pengajar Muda lembaga peduli bangsa yang dikelola oleh Dr. Anies Baswedan itu. Aplikasi sudah kumasukkan. Masih menunggu sampai tanggal 30 Juli 2010 tepat pendaftaran untuk periode ini ditutup. Mengajar satu tahun di pelosok, sambil belajar berinteraksi dengan saudara-saudara satu negeri. Sekaligus mengumpulkan pundi-pundi buat hidup dan melanjutkan kembali cita-cita mencapai toefl 600 agar bisa kuliah S2 di luar negeri.

************************************

Saat mulai terlelap lagi, handphoneku berdering. Tak biasanya ada sms masuk mendekati tengah malam. Waw, ternyata sms dari Ustadz Ridwan Hamidi, Lc. ustadz lulusan Universitas Madinah yang begitu kukagumi sejak pertama berjumpa ketika Ramadhan tahun 2002, awal-awal aku menginjakkan kaki di Jogja.

“Assalamu’alaikum. Ana sudah baca tulisan antum di Kompasiana tentang Sakti. Bagus. Mudah-mudahan menjadi inspirasi bagi yang lain untuk memilih jalan yang benar.”

Suprise banget. Aku ngak nyangka Ustadz menemukan tulisanku di Kompasiana. Maklumlah, aku teramat malu kepada beliau karena perubahan drastis yang terjadi pada diriku belakangan ini. Tak hanya membaca, beliaupun sempat membuat akun baru demi memberikan komentar untuk tulisanku.

Ah, pingin rasanya aku menangis. Di tengah kehampaan spiritual yang kualami, Ustadz Ridwan yang begitu alim, masih mau menghampiri diriku yang penuh dengan dosa dan maksiat. Aku seolah menemukan semangat hidup lagi. Sedikit keputusasaan hilang dari pikiran ini.

******************************

Sudah lewat tengah malam. Namun, mataku masih saja belum bisa terpejam. Aku ingin menikmati dinginnya malam, meskipun besok harus bangun kesiangan. Aku ingin melepas sesal dan gundah di hatiku bersama hembusan angin malam. Biarpun hidupku sudah hancur, aku masih ingin melaluinya.

Aku sudah sampai di titik nadir cinta. Aku pun tak berharap dicintai lagi. Sudah letih rasanya bermain dengan asmara yang selalu berujung kecewa. Ingn aku marah. Tapi kepada siapa aku harus memaki? Gadis baik itu meninggalkanku karena sikapku sendiri. Karena tak ia temukan kebaikan dalam diriku. Jika sudah begitu, mau apalagi???

Aku hanyalah laki-laki biasa yang hidup dengan pikiran sendiri. Melambungkan mimpi jauh melayang, hingga kakipun sering tak tersentuh bumi. Aku tak kecewa dengan takdirku, karena Tuhan telah menuliskannya untukku. Aku hanya terus berjalan dan berjalan, melewati semua yang menimpa diriku. Selama nafas ini berhembus, selama itu juga aku akan terus mengarungi takdirku… Dalam sepi ini izinkanlah aku menyapa, Selamat malam dunia…

4 tanggapan untuk “Selamat Malam Dunia”

  1. semua hanya ujian sementara mas,di dunia ini tak ada yg abadi baik kesenangan maupun penderitaan.

    percayalah akan masa depan yg jauh lebih baik,Allah punya takdir yg baik untukmu,saya percaya itu, setidaknya saya bisa melihat dari tulisanmu kalau kamu orang yg cerdas…

    hayo semangat,tunjukkan pada dunia kemampuanmu itu mas gun :)

  2. setiap orang punya permasalahan hidup yang rumit..memvonis diri sendiri yang tak mampu melakukan apa-apa.. itu juga masalah yang saya alami.. padahal saya sudah mendapatkan perkerjaan yang cukup keren dimata temen2 saya.. tapi setelah membaca beberapa tulisan anda saya kembali semangat untuk melanjutkan hidup yang saya pikir teramat sulit…cchaayoo… kita pasti bisa mendapatkan apa yang kita mau… ini cuma fase krisis perempat baya yang harus dilewati….anyway makasih ya buat tulisan nya yang bagus.. saya jadi ternspirasi untuk menggali potensi saya….

Tinggalkan Balasan ke Indira Batalkan balasan