Diari Hati

Terpesona


Tadi pagi Ibu menelponku. Terdengar agak riuh. Mungkin beliau menelpon di sekolah. Ya, ibuku seorang guru Sekolah Dasar di Kota Solok nan jauh di sana. Lagi-lagi ibu menanyakan perkembangan kuliahku. Agaknya beliau tak sabar melihatku wisuda. Memang kemarin kujanjikan akan wisuda november. Tapi berhubung, ada mata kuliah tak terduga yang harus kuambil, terpaksalah waktu kembali diundur. Mudah2an februari tahun depat dah bisa menuntaskan penantian panjang ibu dan bapak.

Aku terpukau dengan penampilan sahabatku Febri Diansyah yang sekarang sudah jadi orang penting di republik ini. Sudah sering nonggol di TV untuk menganalisis kasus-kasus korupsi. Sosok muda yang cerdas. Sungguh, pencapaian yang hebat.  Berargumen demi membela yang benar. Tak perlu bersilat lidah, karena kebenaran akan meringankan lisan. Tak seperti Bung Deni Indrayana yang harus menghela nafas saat dituding sebagai anteknya SBY.

Hari ini agak lama aku chat dengan mbak Ade. Mahasiswa S2 UI yang belakangan menjadi teman mayaku. Ya, banyak hal yang kudapatkan dari obrolan-obrolan bersamanya. Maklumlah, namanya juga gadis cerdas lulusan Viena Austria.

Malam ini, hatiku bahagia. Meski tak apel ke rumah pacar (karena memang ngak punya.. he..he..) ada suasana sejuk masuk ke relung-relung hatiku. Apalagi kalau bukan chat mengasyikkan dengan dosen paling cantik di fakultasku, Bu Widi. Sosok dosen yang baik lagi cerdas. He2.. Kadang gurauannya membuatku terpikal menahan tawa. Makasi ya buk atas chat inspiratifnya malam ini.

Ah.. Aku kembali tercenung di kamar nan sepi. Sementara bulan purnama sedang tersenyum di luar sana. Mungkin bulan purnama hanya indah buat orang-orang yang sedang ceria karena cinta… Maybe..

Malam semakin larut diiringi Spend My Lifetime by Tina Arena and Mark Antony.. Mat bobo semua..:)

Satu tanggapan untuk “Terpesona”

  1. nevermind…………..Tuhan semua yang ngatur…, teratai itu hidup damaitanpa mengenal musim….., so semangat aja…

Tinggalkan komentar